Bab 5
Struktur
Penelitian Ilmiah
- Algie Imam : 10114834
- Ariyanti Humala L : 11114654
- Dwi Farhan : 13114286
- Joy Arga : 15114716
- M. Hafid : 16114936
- Reno Rimawan : 19114070
- Rizki Maulidi A : 1D1142202
Penelitian
Ilmiah
Penelitian merupakan kegiatan untuk mendapatkan
pengetahuan. Pengetahuan ini bias berupa pengetahuan ilmiah, informasi untuk
pengambilan keputusan , atau pengetahuan lainnya yang diperoleh untuk tujuan
tertentu. Pembedaan di lakukan untuk menejelaskan tidak semua penelitian itu
diarahkan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.Kegiatan penelitian ilmiah
mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmu pengetahuan dalam
memperoleh pengetahuannya. Prossedur yang di gunakan dalam penelitian murni ini
dinamakan epistemology” penemuan teori baru”.Penelitian terapan bertujuan untuk
memecahkan masalah yang di hadapi dalam kehidupan dengan mempergunakan teori
ilmiah yang telah di temkukan sebagai acuan.
Argumentasi
untuk Pengembangan
Episemologi
Pemecahan Masalah
Epistemologi untuk memperoleh pengetahuan
yang berupa teori atau konsep baru hanya yakni epistemology penemuan teori
baru. Penemuan teori atau konsep baru jarang dilakukan dalam penelitian
akademik yang berbentuk skripsi, tesis atau disertasi. Penelitian akademik biasanya berorientasi pada penelitian
terapan yang bertujuan memecahkan permasalahan praktis dengan mengacu kepada
teori ilmiah yang relevan.Epistemologi penelitian ilmiah di mulai dengan
pengumpulan data ini kemudian diberikan justifikasi secara teoretis.
Kelebihan epistemology penemuan ilmiah
adalah efektif untuk menemukan penemuan baru. Kekuranganny adalah tidak membentuk cara berpikir yang
konsepsional, nalar dan antisipatif.
Penelitian untuk mendapatkan konsep baru
dalam bentuk teori substantive sebenarnya tidak terlalu sukar untuk dilakukan
dengan mempergunakan metode penelitian kualitatif seperti grounded research.
Epistemologi pemecahan masalah adalah
prosedur penelitian yang melakukan penalaran deduksi dalam pengajuan hipotesis
seperti yang dilakukan dalam epistemology penemuan teori baru. Artinya,
hipotesis dirumuskan berdasarkan argumentasi teoritis. Dalam epistemology penemuan ilmiah maka hipotesis yang
dikemukakan biasanya merupakan hipotesis yang tidak defintif seperti “ada
hubungan antara x dengan y” atau “ada perbedaan antara x dengan y” yang lebih
merupakan hipotesis statistic ketimbang hipotesis yang memberikan jawaban
sementara terhadap permaslaahn yang di hadapi. Bentuk hubungan tidak dapat
ditentukan dalam hipotesis sebab tidak ada kerangka berpikir yang mendukungnya.
Hal ini keadaanya berbeda dalam prosedur epistemology pemecahan
masalah.Epistemologi pemecahan , di pihak lain, mampu memberikan hipotesis yang
defintif sebab didukung oleh kerangka argumentasi yang bersifat nalar. Artinya
epistemology pemecahan masalah akan mampu merumuskan hipotesis seperti
“terdapat hubungan positif antara “x dan y“ dab “x > y” dan “x <
y”. Dengan demikian epistemology pemecahan masalah bukan saja membentuk
kemampuan berpikir dalam kegiatan penelitian namun juga dalam kegiatan belajar
keilmuan. Untuk itulah maka
prosedur yang akan dipergunakan sebagai landasan bagi penelitian akademik
adalah epistemology pemecahan masalah.
Bentuk
Penelitian dan Metodenya.
Bentuk penelitian dapat di pilih sesuai
dengan tujuan penelitian.
Bentuk penelitian ada 2 yaitu :
· Penelitian murni : untuk penemuan teori
atau konsep keilmuan baru sedangkan penelitian terapan beragam bertujuan untuk
memecahkan masalah dengan mengacu pada teori – teori ilmiah yang relevan.
·
Terapan Penelitian
terapan beragam :
Deduksi postulasional mempergunakan
premis yang mungkin merupakan hasil induksi empiris. Contohnya teori Newton
yang disusun secara deduksi postulasional mempergunakan premis yang berupa
penemuan galileo, Copernicus dan Kepler. Metode eksperimen dalam menyusun teori
baru yang ditemukannya juga akan mempergunakandeduksi postulasional. Semua
bentuk penelitian ini pada hakikatnya tetap mengacu kepada metode ilmiah dengan
asas logico-hypothetico-verifikatif.
Bagi
penelitian pemecahan masalah terdapat banyak sekali bentuk penelitian yang
dapat dipilih. Penggolongan bentuk penelitian ini dapat di lakukan berdasarkan
unit analisis yang dipergunakan dalam penelitian. Kategori pertama adalah
penelitian yang unit analisisnya adalah idea
atau teori yang telah ada. Penelitian
yang unit analisisnya adalah idea atau teori dinamakan peelitian
teoritik.Kategori edua adalah penelitian yang unit analisisnya adalah fakta. Fakta yang di maksud berada di
dunia empiric dan oleh sebab itu penelitian ini dinamakan penelitian empiric.Penelitian Eksploratoris kbertujuan untuk
melakukan eksplorasi terhadap suatu objek penelitian dengan pendeketan yang
bersifat deskriptif, metode kualitatif idiografis dan content analysis. Untuk
tujuan pengambilan keputusan kadang – kadang survey deskriptif melakukan
analisis seperti itu namun tahapannya tetap pada hubungan yang bersifat
factual.Penilitian content analysis, data deskriptif yang diperoleh dapat saja
dianalisis lebih lanjut dalam bentuk factual.Eksperimen lain yang berharga ddi
jadikan penelitian akademik adalah action
research.
Management Information System (MIS) adalah saran untuk pengambilan keputusan.
Cara menilai efektivitas penerapan dalam Action
Research adalah dengan jalan membandingkan kondisi pengambilan keputusan
sebelum MIS di terapkan dengan sesudah MIS di terapkan.Action Research merupakan
penelitian yang dampaknya terlihat dengan nyata sebab penelitian ini merupakan
invasi konseptual terhadap sebuah system kelembagaan yang memungkinkan
terjadinya perubahan secara permanen. Variasi lain dari eksperimen adalah
penelitian expost facto. Penelitian
ini di lakukan setelah suatu kejadian besar terjadi, umpamanya setelah bannjir
melanda sebuah kota.Bentuk penelitian lain adalah meta-analisis yang unti alasisinya adalah data seconder. Data seconder adalah data yang di ambil dari publikasi orang
lain. Jadi meta-analisis ini termasuk kedalam oenelitian kepustakaan dengan
mempergunakan metode penelitian meta-analisis.Penelitian ini berfungsi untuk
menganalisis kembali bermacam- macam hasil penelitian didekati dari sudut
pendeketan tertentu dan mencoba menemukan pola baru.
Dalam
epistemologi pemecahan masalah teori
dipergunakan sebagai justifikasi bagi perumusan hipotesis, sedangkan dalam
epistemologi penemuan ilmiah teori dipergunakan sebagai justifikasi bagi
kesimpulan yang ditarik dari data empirik. Kelebihan dari epistemologi
pemecahan masalah adalah membentuk
kemampuan dalam berpikir secara konseptual, lard an antisipatif. Untuk itu maka
epistemologi pemecahan masalah adalah cocok bagi penelitian akademik dalam
bentuk skripsi, tesis dan disertasi.
Kegiatan penelitian merupakan
operasionalisasi dari metode ilmiah. Seperti diketahui metode ilmiah merupakan
gabungan dari berpikir deduksi dan induksi dengan jembatan hipotesis. Pola
pikir dan urut-urutan pikir harus dipahami agar penelitian kita bersifat
sistematik dan nalar.
PENGAJUAN MASALAH
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie
Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu saja tidak semua yang
kita amati mendorong proses kegiatan imiah. Pengamatan yang mendorong kita
untuk berpikir atau bertindak adalah pengamatan yang “menggelitik” diri untuk
mempertanyakan lebih lanjut kenyataan yang kita alami.Raelitas yang kita amati
yang menjadi objek perhatian kita biasanya merupakan suatu situasi yang
kompleks yang terjalin dari berbagai fakta. Realitas yang menjadi objek
perhatian kita tersebut dinamakan latar belakang masalah. Latar belakang
masalah merupakan gambaran besar (big picture) dimana kita temukan didalamnya
gambaran yang lebih kecil yang menarik minat kita. Berbagai fakta yang bersifat
menyeluruh dan belum terfokus pada satu fakta khusus yang benar-benar menjadi
perhatian kita. Bencana alam, umpamanya, terdiri dari berbagai macam seperti
tanah longsor, gempa, banjir, gunung api meletus dan bahkan tsunami. Dalam
realitas yang kompleks ini kita harus mengidentifikasikan masalah yang menjadi
fokus perhatian kitam. Katakanlah kita memilih “banjir” menjadi pusat perhatian
kita dan pilihan ini merupakan identifikasi dari masalah yang ingin kita
perhatikan lebih lanjut. Dalam memilih banjir sebagai masalah yang kita
identifikasikan sebagai masalah tentu saja kita harus mempunyai alasan
tertentu.
Dalam memilih masalah penelitian anda
harus menanyakan dua hal kepada diri anda sendiri: apakah landasan teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang anda pilih itu dikuasai dengan baik atau
tidak? Dan apakah anda menaruh minat terhadap permasalahan yang anda pilih. Hal
ini berarti bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang penting sekali
ndalam tahap penelitian.
Pembatasan masalah merupakan keharusan
dalam penelitian akademik sebab dalam hal ini berlaku kriteria bukan kuantitas
jawaban yang dipentingkan melainkan kualitasnya. Dalam era penggunaan komputer
dewasa ini mengolah tiga variabel atau dua puluh variabel penelitian menjadi
persamaan regresi jamak (multiple regession) tidak terlalu menjadi persoalan.
Namun dalam hal ini kita harus mengingat bahwa setiap penemuan ilmiah ,
terutama dalam penelitian akademik , harus mempunyai justifikasi ilmiah. Dalam
pembatasan masalah misalnya ada tiga faktor yakni curah hujan, daerah resapan
air dan faktor manusia yang menyebabkan banjir. Dengan demikian masalah kita
dapat dirumuskan yaitu “pengaruh curah hujan, daerah resapan air dan sikap
manusia kepada kelestarian lingkungan terhadap banjir”. Perumusan masalah dalam
ringkasan penelitian atau bab mengenai kesimpulan penelitian dinyatakan dalam
bentuk pernyataan secara umum.
Jadi dari awal kita harus sudah dapat
memperkirakan lingkup dan cakupan penelitian kita. Jangan sampai kita sudah
pada tahap pengumpulan data ternyata datanya tidak ada. Atau, kalaupun ada
datanya hanya dapat diperoleh pada level yang berada di luar jangkauan kita.
Demikian juga dengan daerah resapan air. Kita dapat mengukurnya, umpamanya dari
besarnya penyusutan daerah resapan air ini. Agar besar penyusutan ini dapat
dibandingkan dari wilayah satu ke wilayah lain kita dapat mengukurnya dari
besaran luas secara absolut (umpamanya hektar atau kilometer persegi) melainkan
besaran relatif yakni besaran persentase penyusustan.
Pengukuran secara relatif sebagaimana
kita lakukan di atas dapat diterapkan dalam mengukur intensitas banjir. Secara
teoretis intensitas banjir dapat diukur dari “tinggi” air banjir dan “luas”
wilayah yang kena banjir. Pengukuran yang lebih mudah, dan biasanya datanya
tersedia, adalah berdasarkan luas areal yang terlanda banjir. Apalagi luas
areal ini juga secara teoretis sudah memasukkan tinggi air banjir ke dalam
persamaannya: dimana semakin tinggi banjir maka semakin luas areal yang
terkena, disebabkan air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Pengukuran luas
yang kena banjir secara absolut juga tidak dapat dibandingkan sebab luas
masing-masing desa berbeda-beda. Untuk itu maka ukuran yang dapat dipakai
adalah besaran relatif yakni presentase wilayah desa yang terkena banjir.
Kerangka
Berpikir dan Pengajuan Hipotesis
Penyusunan kerangka berpikir menjadi
dasar dalam pembuatan hipotesis. Penyusunan kerangka berpikir secara deduktif
dalam pengajuan hipotesis pada hakikatnya sama dengan deduksi untuk menguji
kebenaran teori baru secara empiris. Dalam pengujian teori baru deduksi
hipotesis mengunnakan preposisi yang terkandung dalam teori itu sendiri
sedangkan penelitian kita menggunakan teori orang lain yang diacu untuk
pemecahan masalah.
Deskripsi teoritis mengemukakan berbagai
teori variabel dan juga menganalisis teori-teori tersebut dari sisi kekurangan
dan kelebihannya tersebut. Tujuan analisis adalah agar penyusunan proposisi
terbaik berdasarkan sintesis dari teori tersebut.Kesimpulan dan kajian
deskripsi teroritis disebut sebagai definisi.Definisi yang kita gunakan dalam
penelitian ialah bernama konstruk.Konstruk harus ditetapkan dengan alasan yang
cukup, sebab bisa saja dipertanyakan orang lain dalam ujian yang kurang setuju
dengan konstruk tersebut.Sebagai konsep bagi penyusunan instrumen, konstruk
harus merupakan pernyataan yang mengandung indikator yang bersifat operasional
dan dapat diukur.
Konstruk yang baik mengandung
indikator-indikator berdasarkan penilaian kognitif, afektif, dan konasi.
Definisi mengandung indicator-indikator yang jelas dan dapat digunakan dalam
penyusunan instrumen penelitian.Setelah merumuskan konstruk, kita dapat
menyusun deduksi hipotesis dalam kerangka berpikir.Deduksi pada umumnya
merupakan bentuk dari silogisme seperti di bawah ini:
Premis 1 :
x adalah … (konstruk mengenai x)
Premis 2 :
y adalah … (konstruk mengenai y)
Kesimpulan : jika x maka y
Sederhananya konstruk digunakan untuk
mewakili teori-teori yang kita gunakan dan menggunakan konstruk sebagai premis
dalam argumentasi membuat argument kita semakin efektif dan efisien.
Hipotesis yang disimpulkan dalam
kerangka berpikir bersifat definitif dan bukan merupakan hipotesis terbuka atau
netral. Hipotesis definitif mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
- Akurat dalam prediksi pernyataan “Ada hubungan” yang masuk kedalam hubungan negatif atau positif.
- Mencerminkan deduksi hipotesis metode ilmiah yang memprediksi gejala empiris.
- Menggambarkan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam pengambilan keputusan
- Membiasakan diri melatih cara berpikir yang bersifat konsepsional, nalar, dan antisipatif.
Kelebihan lain dari kerangka berpikir
ialah deduksi hipotesis terangkum didalam kerangka berpikir dan merupakan
konteks justifikasi bagi penelitian kita.Dalam penelitian, justifikasi
dilakukan setelah penemuan. Dan langkah-langkah penyusunan kerangka berpikir
dapat disederhanakan sebagai berikut:
- Deskripsi teoritis.
- Kerangka berpikir.
- Pengajuan Hipotesis
Metodologi
Penelitian
Metodologi penelitian merupakan kumpulan
metode yang digunakan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data. Untuk
menentukan metode penelitian, kita harus menentukan tujuan penelitian. Tujuan
penelitian mencakup variabel-variabel yang telah ditelaah dalam penelitian
serta bentuk hubungan antarvariabel yang diteliti.Ada berbagai metode
penelitian. Metode eksperimen adalah metode yang sering dipakai untuk tujuan
membedakan. Survei adalah metode yang digunakan untuk menentukan hubungan
antarvariabel yang dibatasi jumlahnya pada suatu wilayah tertentu.Cara-cara
penyusunan instrument dapat dibaca dibuku metodologi penelitian yang secara
khusus membahas mengenai hal itu. Konsep yang digunakan dalam kajian teroritis
adalah definisi konseptual. Konsep yang digunakan sebagai definisi konseptual
disebut konstruk.
Instrumen
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peneliti sosial.instrumen
ini harus disusun dengan benar sebab harus lolos dari pengujian instrumen baik
berupa “keabsahan” (validity) instrumen maupun “keandalan” (reliability)
instrumen. Instrumen yang valid adalah instrumen yang benar-benar mengukur “apa
yang harus diukur” artinya tidak ngawur, sedangkan instrumen yang andal
(reliable) adalah instrumen yang memberikan “hasil pengukuran konsisten”. Hasil
pengujian instrumen dilaporkan dalam bab metodologi penelitian bukan hasil
penelitian.
Metode
selanjutnya adalah metode pengambilan contoh. Pada prinsipnya semua pengambilan
contoh untuk generalisasi mempergunakan teknik acak (random). Teknik yang
paling sederhana ialah teknik acak sederhana (simple random sampling technique).
Teknik yang sangat berguna dalam penelitian ilmu-ilmu sosial adalah cluster
random sampling.
Terakhir
sekali adalah metode analisis data. Untuk analisis secara kuantitatif dengan
mempergunakan statistika yang akan dipergunakan untuk analisis secara
kualitatif diperlukan secara terperinci langkah-langkah yang akan ditempuh
untuk sampai kepada kesimpulan akhir berupa kesimpulan penelitian.
METODOLOGI PENELITIAN
- Tujuan penelitian
- Tempat / waktu penelitian
- Metode penelitian
- Metode penyusunan instrumen
- Metode pengambilan contoh
- Metode analisis data
HASIL
PENELITIAN
Hasil penelitian kita pada dasarnya adalah
data yang telah berhasil kita kumpulkan dan kita olah. Terdapat empat jenis
kelompok data yakni data mentah yang terkandung dalam kuesioner, data mentah
yang telah diolah dalam bentuk tabel, data mentah yang telah diolah secara
deskriptif dan data yang merupakan kesimpulan pengujian hipotesis. Data yang
telah diolah dalam bentuk tabel ditaruh dalam lampiran.
Data mengenai hasil penelitian terdiri dari
tiga bagian yakni deskriptif data, pengujian persyaratan analisis dan pengujian
hipotesis. Data dekriptif harus dijelaskan atau ditafsirkan sebab keberadaan
data tersebut harus merupakan informasi yang berguna bukan sekedar data
statistik. Setelah semua variable data deskriptif dilaporkan dan ditafsirkan
maka kita memasuki sub-bab pengujian persyaratan analisis.
Pengujian persyaratan analisis ini
dilakukan sebagai persyaratan untuk mempergunakan teknik analisis statistika
tertentu. Sesudah berbagai asumsi dipenuhi maka kita masuk kepada tahap
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis melaporkan apakah hipotesis penelitian
yang kita ajukan diterima atau ditolak data.hal kedua yang harus dilakukan
dalam laporan pengujian hipotesis adalah menafsirkan penemuan-penemuan empirik
setelah diterima sebagai proporsi ilmiah. Dalam hal ini kita menerjemahkan
persamaan matematik dalam bentuk numerik menjadi pernyataan verbal.
HASIL
PENELITIAN
·
Deskiptif data
·
Pengujian persyaratan
analisis
·
Pengujian hipotesis
·
Keterbatasan penelitian
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab
ini biasanya dibuka dengn menyatakan tujuan penelitian, yang dinyatakan secara
garis besar, sebagai titik awa untuk mengemukakan kesimpulan penelitian. Bab
terakhir ini sebenarnya merupakan bagian yang terpenting dari suatu penelitian
pemecahan masalah sebab disinilah akan diuraikan secara mendalam bagaimana
masalah yang telah dikemukakan akan dipecahkan.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
- Kesimpulan penelitian
- Implikasi penelitian
- Saran penelitian
Teknik
Notasi Ilmiah
Tidak
semua aspek dari notasi ilmiah tersebut akan dibahas disini melainkan bagian
penting saja. Diharapkan dengan menguasai aspek yang bersifat esensial maka
seorang akan mampu mengkomunikasikan gagasannya secara ilmiah, atau paling tidak
mampu memahami sebuah karya ilmiah.
Tanda
catatan kaki diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan
angka arab yang naik diketik setengah spasi. Atau bias juga kita mempergunakan
lambing tertentu yang dengan catatan bahwa lambang yang sama dapat di ulangi
dalam halaman yang berbeda, namun lambang yang berbeda harus dipergunakan
disetiap catatan kaki dalam halaman yang sama.catatan kaki dengan mempergunakan
angka diberi nomer mulai dari angka 1 sampai habis catatan kaki dalam 1 bab.
Catatan
kaki ditulis dalam satu spasi dan dimulai dari inggir, atau dapat dimulai
setelah beberapa ketukan dari pinggir, asalkan dilakukan secara konsisten, nama
pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan secara lengkap sedangkan
jumlah pengarang lebih dari tiga orang hanya dituliskan nama pengarang pertama
ditambah kata et al. (artinya dan lain-lain).
Sebuah
makalah yang dipublikasikan dalam majalah, Koran, kumpulan karangan atau
dituliskan dalam forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip disertai informasi
mengenai makalah tersebut :
KARLINA,
“ SEBUAH TANGGAPAN : HIPOTESIS DAN SETENGAH ILMUAN “ Kompas, 12 Desember
1981,hlm. 10.
Dengan
memakai nitasi op.cit.( artinya dalam karya yang telah di kutip ).
Dalam
catatan kaki nama pengarang dituliskan lengkap dengan tidak mengalami perubahan
apa-apa, umpamanya, Harold A.
Larrabee. Sedangkan dalam daftar pustaka
nama pengarang disusun sesuai abjad nama huruf awal familiny, yakni : Larrabee,
Harold A. tujuan utama catatan kaki
adala untuk mengidentifikasikan lokasi yang spesifik dari karya yang
dikutip. Di pihak lain, tujuan utama
dari daftar pustaka sendiri adalah untuk mengidentifikasikan karya ilmiah itu
sendiri. Untuk itu maka dalam daftar pustaka tanda kurung yang membatasi
penerbit dan domisili penerbit dihilangkan dan juga demikian lokasi halaman.
Dengan demikian maka catatan kaki nomer 1,4,5,6,9,11 dan 13 bila dimasukan ke
dalam daftar pustaka mengalami perubahan.
Daftar
pustaka ini kemudian disusun menurut abjad dari nama family pengarangnya dan
diletakkan dalam bab tersendiri yang biasanya diletakkan di belakang karangan.
Untuk pengertian dengan mempergunakan computer maka judul buku yang dituliskan
dengan garis di bawahnya dapat diganti dengan huruf miring ( italic ).
Publikasi
ilmiah dari keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan di suatu wilayah bukan
saja akan memperkaya khasanah teoritis keilmuan yang dilengkapi dengan
data-data empiris tetapi tetapi juga pembinaan terhadap sumber daya manusia
dalam bidang keahlian tertentu.
Format
Rencana pembangunan Lima Tahun (REPELITA) di aman orde baru, pada dasarya
mempergunakan pemikiran dasar PPBS yang bersifat output oriented.dengan
mengintegrasikan bappenas. Departemen keuangan dan departemen lain yang terkait
dalam sebuah system perencanaan, penyusunan program dan penganggaran terpadu.
Systems
Thinking:
Kerangka Ilmu untuk Pendekatan Multidispliner
Salah satu kelemahan dalam caara
berpikir ilmiah terletak pada cara pandang (objek forma) yang melihat objek
pemikiran kita(objek materia) merupakan fakta yang terisolisasi dari
fakta-fakta lain disekitarnya. Cara pandang keilmuan ini cenderung membentuk
cara berpikir yang terbatas dan bersifat konvergen dalam pengambilan
kesimpulan.
Siatuasi ini disebut sindrom yang
disebut sebagai deformation professionale:
yakni deformasi bentuk disebabkan cara pandang profesi yang sempit. Dewasa ini
kita sering melihat analisis kebijakan (policy analysis) yang sifatnya sangat
ilmiah namun sangat sempit pandangannya.
Banyak lagi wacana analisis kebijakan yang
diambil para pengambil keputusan, meminjam pernyataan Presiden John F.Kennedy,
adalah “smart but not wise”(cerdas namun tidak bijak). Bagi rencana kota(city
planner) reklamasi pantai yang menimbulkan banjir pada masyarakat miskin
disekitarnya merupakan persoalan teknis yang teknis yang tidak dapat
dihindarkan. Berpikir sistem (system thinking) memberikan “kerangka pikir” yang
dapat diisi oleh berbagai disiplin keilmuan dalam pendekatan multi disipliner.
Secara filosofis , berpikir sistem
bersifat komplementer terhadap berpikir ilmiah , sebab keduanya saling
melengkapi dan saling menutupi.
Perbedaan
Filosofis antara Berpikir Ilmiah dengan Berpikir Sistem
Bila kedua cara berpikir itu
dibandingkan maka segera terlihat perbedaan filosofis antara berpikir ilmiah
dan berpikir sistem.Secara ontologis, unsur realitas dalam berpikir ilmiah
adalah fakta sedangkan unsur realitas dalam berpikir sistem adalah sistem.Kalau
kita membongkar jalinan kabel dalam tanah maka secara ilmiah maka jaringan
kabel, kegiatan lalu lintas, dan pejalan kaki adalah fakta yang berdiri
sendiri-sendiri.
Jadi kalau galian kabel di jalan raya
menimbulkan kesemrawutan dan kemacetan maka secara ilmiah semua itu adalah
logis sebab kita menganalisa kegiatan kabel terpisah dari unsur realitas
sekitarnya seperti kegiatan lalu lintas dan pejalan kaki.Secar Epistemologis,
baik berpikir ilmiah maupun berpikir sistem, kedua-duanya mengguankan logika
deduktif dan induktif namun berbeda dengan tujuan nya. Jadi kalau penggalian
kabel dianggap sebagai sistem yang terkait dengan kemacetan lalu lintas dan kegiatan pejalan kaki maka berpikir
sistem mencoba mencari solusi yang efektif atau efisien dari keterkaitan ketiga
unsur tersebut yang disebut sistem.Salah satu cara pikir dalam memandang sistem
adalah logika sistem terbuka(the logic of open system).
Kegiatan berpikir sistem didasarkan pada
asumsi bahwa realitas adalah suatu sistem terbuka di mana terdapat input yang
diimpor dari sistem lain dan output yang diekspor ke sistem yang lain pula.Jadi
pemecahan masalah pendidikan,menurut berpikir sistem, harus diselesaikan dengan
melibatkan semua unsur tersebut yakni murid (input), tenaga terdidik(output)
dan instrumental input yang berupa guru(man), biaya pendidikan (money),
prasarana dan sarana pendidikan (material), serta kurikulium(method).
Tujuan penerapan systems thinking
terhadap sebuah sistem adalah menghasilkan sebuah sistem yang lebih efektif
atau efisien. Sebagai contoh jika tujuan kita ingin menghasilkan lulusan yang
lebih baik maka secara sistematik kita harus membikin sistem pendidikan yang
lebih efektif yang terdiri dari sejumlah faktor pendidikan.
Secara aksiologis, seperti sudah kita
singgung sebelumnya, sistem nilai yang dianut oeh berpikir sistem adalah
keteraturan(order).Hasil pemecahan masalah penggalian kabel yang menimbulkan
kemacetan dan kesemrawutan ini dapat kita saksikan setiap hari jika kita
melewati jalan-jalan di kota besar.
Pengembangan
Berpikir Sistem
Berpikir menurut konsep sistem, atau
berpikir sitem(sistematik), secara historis mempunyai sejarah yang tua sekali,
yang menurut Van Court Hare, sudah
dimulai dengan pembangunan piramida Cheops dalam zaman Mesir kuno yang mempergunakan sistem pengukuran dalam kontruksinya.Seperti
juga produk ilmiah lainnya, konsep sistem merupakan akumulasi dari berbagai
pemikiran ilmiah sebelumnya. Untuk meletakkan perkembangan sistem pada proporsi
yang sebenarnya maka beberapa peristiea yang relevan perlu ditelaah secara
kronologis. Herbert A. Simon, menyatakan
bahwa Charles Babage dan Frederick Taylor seharusnya menjadi anggota
anumerta dari masyarakatOperasi Riset.
Operasi Riset secara historis merupakan
penemuan yang telah memulai kegiatannya sekitar tahun 1939. Operasi Riset baru
masuk Amerika Serikat pada musim semi 1940 melalui James Bryant Conant yang
menjadi Chairman of the National Defence Committee.
Tujuan operasi riset adalah mencari pemecahan
optimal , suatu hal yang tidak mungkin
dilakukan dalam bidang bidang tersebut
diatas. Operasi riset menganggap bahwa
kombinasi dari variabel-variabel adalah hak terbatas dan tujuannyaa
adalah mencari kombinasi yang optimal.Karena fungsinya yang berbeda maka
Operasi Riset dan Sistem analisis mempergunakan teknik-teknik yang berbeda
pula. Operasi Riset umpamanya, mempergunakan teknik programming,
queueing,gaming, Monte Carlo dan sebagainya. PBBS atau Planning
–Programming Budgeting System,
sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1942 ketika Amerika Serikat melancarkan
Controlled Materialls Plan dalam Perang Dunia Kedua.
David Novick dari RAND, menerbitkan buku
Efficiency and Economy in Goverment through New Budgeting and Accounting
Procedures yang mendemonstrasikan penerapan PPBS di Angkatan Udara. Pada tahun
1954 , Frederick C.Mosher menulis buku Program Budgetting : Theory and Practice
dengan contoh penerapan di Angkatan udara. Sesudah itu PPBS diterapkan di
berbagai negara termasuk di Indonesia. Format rencana Pembangunan Lima
Tahun(Repelita) dalam rezim Orde Baru Menginstegrasikan secara fungsional
kegiatan perencanaan(Bappenas), penyusunan program (department terkait) dan
penetuan anggaran (Departemen Keuangan) dalam sebuah sistem yang terpadu.
Format ini merupakan variation on a theme,variasi dari sebuah tema, sebuah
teknologi sistem yang bernama Planing Programming-Budgetting System(PPBS).
Catatan
Akhir
Demikian secara singkat telah kita
paparkan landasan filosofis berpikir sistem dan sedikit sejarah
perkembangannya. Tubuh pengetahuan berpikir sistem ini dicoba dipetakan dalam
input instrumental.
Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik
penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya
penulisan dalarn membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses
penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa didefinisikan mana yang
merupakan subyek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait
antara subyek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak
jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir: tata bahasa yang
tidak cermat merupakan pencerminan dari logika berpikir yang tidak cermat pula.
Oleh sebab itu maka langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik
adalah mem-pergunakan tata bahasa yang benar. Demikian juga penggunaan kata
harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai
dengan pesan apa yang ingin disampaikan. Sekiranya kita ingin menyampaikan
pesan bahwa kita ingin makan dan memilih kata "haus" sebagai simbol
pembawaan pesan tersebut maka pemilihan kata lain adalah tidak tepat sebab
"haus- mengandung pengertian "ingin minum" dan bukan "ingin
makan". Sekiranya kita menyatakan umpamanya bahwa "orang itu pulang
dari Surabaya ke Jakarta naik kereta ekspres koboy maka segera kita kenali
bahwa terminologi "kereta ekspres koboi" itu membutuhkan penjelasan.
Untuk itu maka kalimat tersebut kita sambung dengan pernyataan yang bersifat
menjelaskan, "kereta ekspres koboy adalah kereta api ekspres
Surabaya-Jakarta yang berjalan pada siang hari".
Kadang-kadang
bahkan terminologi yang kelihatannya seakanakan sudah jelas dan gamblang juga
membutuhkan penielasan seperti "manajemen", "efektivitas"
dan "efisiensi". Intensitas penjelasan kita harus sepadan dengan
tujuan komunikasi kita, Sekiranya dalam langkah pengajuan masalah kita
mengintroduksikan "manajernen" sebagai masalah, maka pada tahap ini
penjelasan terminologi "manajemen" tersebut, cukup terbatas apa yang
diartikan dengan "manajemen" itu saja.
Sekiranya
penjelasan mengenai ini diberikan pada pembahasan mengenai masalah maka
komunikasi kita akan mengalami dua kerugian. Pertama, dengan terlalu banyaknya
materi pembahasan maka informasi yang berlebihan ini akan menimbulkan polusi,
yang untuk selanjutnya, akan menyebabkan prespektif mengenai masalah yang
sedang dibahas itu sendiri menjadi tidak jelas. Kedua, terpisahnya sumber
informasi pada Saat informasi itu diperlukan yang menyebabkan melemahnya
argumentasi yang sedang disusun. Umpamanya saja kita mempergunakan terminologi
tertentu dalarn bab satu sedangkan pengertian mengenai terminologi tersebut
baru diielaskan dalam bab dua. Tentu saja komunikasi seperti ini hanya Plas bagi
penulisnya tetapi tidak jelas bagi pembaca yang lain. Padahal komunikasi ilmiah
dirnaksudkan untuk konsumsi pihak lain tidak untuk dibaca sendiri seperti
sebuah buku harian.
Komunikasi
ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan
kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan si pemberi pesan.
seperti fotokopi atau sebuah afdruk foto. Dalam komunikasi ilmiah tidak boleh
terdapat penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh pesan tersebut,
sedangkan dalam komunikasi estetik sering terdapat penafsiran yang berbeda
terhadap obyek komunikasi yang sama, yang disebabkan oleh penjiwaan yang
berbeda terhadap obyek estetik yang disampaikan.
Demikian juga harus dihindarkan bentuk
komunikasi yang mempunyai konotasi emosional. Sebuah pidato politik yang
berapi-api bisa jadi sangat bermanfaat untuk membakar Semangat, tetapi pidato
ilmiah sepetti itu, dalam sebuah karya ilmiah, adalah jelas salah alamat. Namun
jangan ditafsirkan bahwa Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, di mana
berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa "aku",
"dia", atau "Doktor Faust", merupakan figur yang muncul
secara dominan dalam seluruh cerita, maka figur seperti itu harus hilang dalam pemyataan
ilmiah, Kata ganti perorangan menjadi hilang dan ditempati oleh kata ganti
universal yakni "ilmuwan" yang tidak dinyatakan secara tersurat.
Hukum ilmiah biasa mempergunakan bentuk pasif seperti ini seperti dalam
pernyataan "jika dipanaskan maka logam akan memanjang". Gabungan antara
bentuk kalimat pasif dengan bentuk kalimat aktif juga sering dipergunakan
seperti umpamanya pernyataan "Untuk mendapatkan tingkat keumuman seperti
yang diharapkan maka contoh akan dipilih secara acak".
Pembahasan
secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan ilmiah sebagai
premis dalarn argumentasi kita. Pengetahuan ilmiah tersebut kita pergunakan
untuk bermacam-macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan.
Demikian juga kita membuat pernyataan seperti "Si A menyimpulkan",
"Si B menemukan", atau "Si C menyarankan", di mana dengan
jelas dapat kita kenali hakikat dan tujuan kutipan tersebut dalam karangan
ilmiah kita.
Pernyataan
ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama,
harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua,
harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu
disampaikan apakah itu makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya.
Ketiga, harus dapat kita identifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi
ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.
Cara
kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita disebut teknik
notasi ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya
mencerminkan hakikat dan unsur yang sama meskipun dinyatakan dalam format dan
simbol yang berbeda-beda. Di dunia keilmuan dikenal beberapa teknik notasi
ilmiah yang diakui secara internasional. Setiap pedoman penulisan ilmiah mernpunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing Kadang sebuah pedoman penulisan cocok
untuk sebuah makalah pendek namun kurang cocok untuk laporan ilmiah yang
panjang yang membutuhkan keterangan-keterangan tambahan. Sebagai contoh dalam
buku ini banyak keterangan tambahan yang tidak dituliskan dalam tubuh tulisan
namun ditaruh dalam catatan kaki.
Buku
ini memperlihatkan contoh teknik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki
(footnote). Sebelum kita melakukan pilihan terhadap salah satu dari teknik
notasi ilmiah yang ada sebaliknya kita mengetahui dasar-dasar pemikiran yang
melandasi teknik tersebut. Hal ini penting kite ketahui agar dengan demikian
kita dapat memilih teknik notasi yang tepat dan tentu saja juga dengan selera
si penulis ilmiah. umpamanya, terdapat dua variasi : Variasi yang pertama ialah
bahwa catatan kaki itu ditaruh dalam halaman yang sama (footnote), sedangkan
dalam vanasi kedua catatan kaki itu seluruhnya dikelompokkan dan ditaruh pada
akhir sebuah bab (endnote).
Sebelum
kita memilih salah satu dari dua variasi tersebut maka ada baiknya kita ketahui
fungsi dari catatan kaki itu. Fungsi pertama dari catatan kaki adalah sebagai
sumber informasi dari pernyataan ilmiah yang dipakai dalam tulisan kita.
Informasi tersebut mencakup nama pengarang. judul tulisan dan media yang memuat
karangan tersebut. Sekiranya seluruh catatan kaki kita gunakan untuk informasi
semacam itu maka tidak ada salahnya seluruh catatan kaki itu kita kelompokkan
dan di taruh di akhir bab, sebab sekiranya diperlukan maka pernbaca dapat
melihatnya di halaman belakang. Keuntungan lainnya dari cara seperti ini adalah
teknik pengetikan lebih mudah. Namun sebenarnya terdapat fungsi kedua dari
catatan kaki yakni sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil, yang sekiranya
diletakkan dalam tubuh utama laporan akan mengganggu kelan caran penulisan.
Dalarn penulisan di bidang-bidang tertentu seperti sejarah, antropologi atau
ilrnu pendidikan, catatan tambahan seperti ini mempunyai peranan yang penting.
Catatan semacam ini dapat pula diletakan
dalam catatan kaki, namun sekiranya catatan kaki yang mengandung keterangan
yang bersifat memperkaya ini ditaruh di halaman belakang, kemungkinan besar
keterangan tambahan ini tidak akan terbaca.
Pada
dasarnya sekiranya kita mempergunakan pernyataan orang lain dalam tulisan kita,
kutipan yang dipinjam tersebut dapat berupa "kutipan langsung" atau
"kutipan tidak langsung" Kutipan langsung rnerupakan pemyataan yang
kita tuliskan dalam karya ilmiah kita dalam susunan kalimat aslinya tanpa
mengalarni perubahan sedikitpun. Sedangkan dalam kutipan tidak langsung kita
mengubah susunan kalimat yang asli dengan kalimat kita sendiri. Sernua kutipan
baik langsung maupun tidak langsung biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa
pengantar yang dipakai. Terkecuali pernyataan yang khas yang sebaiknya kita
kutip dalam bahasa aslinya disertai terjemahannya.
Kutipan langsung kadang-kadang memang
diperlukan dengan tujuan untuk memperlahankan keaslian pernyataan itu.
Seseorang mungkin membuat pernyataan yang sangat otentik yang bisa disalin ke
dalam bentuk pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya.
kutipan
langsung sering dipergunakan untuk memadukan antara gaya penulisan seseorang
dengan pernyataan orang lain yang ingin dipertahankan keasliannya, urnpamanya
dalam kalimat: perbuatan seorang pembunuh yang memotong-motong orang itu
sungguh merupakan "kebiadaban orang biadab" dan "puncak tindak
kriminal" tahun ini. Dalam kalimat ini maka pernyataan yang bersifat
otentik seperti "kebiadaban orang biadab' dan "puncak tindak kriminal
dikutip secara langsung, sedangkan pernyataan lainnya telah kita salin ke dalam
bahasa kita sendiri dalam bentuk kutipan tidak langsung. Kutipan langsung
jumlahnya kurang dari empat baris ditaruh dalam tubuh tulisan dengan
mempergunakan tanda kutip. Untuk kutipan langsung yang terdiri dari empat baris
kalimat atau lebih maka keseluruhan kutipan tersebut di taruh dalam tempat
tersendiri.
Dalam
melaporkan hasil analisis statistika maka harus dihindarkan
pernyataan-pernyataan numerik yang sebenarnya dapat dikemas dalam bentuk tabel.
Umpamanya. kalimat seperti Wharga F hitung untuk pengujian signifikansi regresi
adalah 7,51 yang lebih besar bila dibandingkan dengan F tabel sebesar 3,89 pada
taraf signifikansi 0.05 yang rmenyimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak"
sebaiknya merupakan bagian dari sebuah tabel yang memuat seluruh analisis
statistika secera lengkap, Tabel analisis statistika harus bersifat seperti
iklan sebuah sabun cuci yang mampu "mencuci sendiri". Artinya tabel
analisis statistika yang baik memuat sernua keterangan dari faktor yang ada
dalam tabel tesebut termasuk hasil akhir analisis.
Dengan
cara seperti ini maka pernyataan verbal dalam karangan kita hanya memuat
proposisi dan bukan data mentah yang masih harus diolah. Kalimat seperti
"hasil analisis variansi Sebagaimana tercantum dalarn tabel di atas
menyimpulkan" akan lebih bermakna bagi pembaca orang lain ketimbang
analisis itu dilakukan secara verbal dalam pernyataan yang bertele-tele dan
membosankan.
Laporan
penelitian biasanya mempunyai ringkasan yang ditulis dalam bahasa Inggris.
Dalarn hal ini kita sebaiknya memperhatikan dua hal yakni, pertarna. bahasa
tersebut mempunyai tata bahasa khusus untuk komunikasi ilmiah yang disebut
sebagai scientific grammar Teknik penulisan ilmiah yang disajikan dalam buku
ini menggunakan hal-hal yang baik dalam gramatika tersebut. Untuk activity, umpamanya,
kite mempunyai sinonim enterprise dan endeavor. Dua kata tersebut. jika anda
penggemar serial televisi Star Trek, s adalah nama kapal penjelajah antariksa
yang termasyhur. Tokoh-tokoh Star Trek9, seperti demikian juga Anda para
peneliti muda, adalah para penjelajah yang tak kenal menyerah. Menjelajah
antariksa menembus batas-batas bima sakti. Menemukan ufuk baru, menyingkap
cakrawala kehidupan yang penuh dengan misteri. Mereka menernbus batas-batas
kehidupan: mencari peradaban baru, menemukan pengetahuan yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya:
Action research.
Jembatan antara
penelitian dengan pengabdian
Action
research dalam pelaksanaannya mempunyai berbagai bentuk :
1. The
Action not the Research
Yang
menonjol dalam the action not the Research adalah kegiatan (action) dan bukan penelitiannya (research).Konsep
kelimuan yang tidak jelas dan lagkah-langkah kegiatannya agak sukar untuk
diterima sebagai karya yang memenuhi persyaratan akademik
2. The
Research not Action.
Konsep
keilmuan dan memenuhi persyaratan
penelitin ilmiah yang baku namun tidak
mempunyai kegiatan organisatoris terstruktur yang terintegrasikan dalam
penelitian
3. The
Research and the Action.
Sintesis
dari kedua bentuk terdahulu yakni konsep keilmuan yang jelas metodologi penelitian yang baku serta peranan
yang seimbang antara peneliti dan klien dalam
melakukan action research.
Karakteristik Action
Research
Action research,
berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, hanya mempunyai kesahihan di
tempat lokasi di mana penelitian dilakukan. Action research memang tidak
ditujukan untuk menemukan pengetahuan ilmiah yang bersifat universal, melainkan
mencari pemecahar praktis terhadap permasalahan yang bersifat lokal. Kegiatan
dalam penelitian (action ) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari penelitian (research) sehingga kedua hal tersebut harus saling
menyesuaikan. Penelitian memang
dirancang sesuai dengan metodologi
penelitian yang baku namun dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan “kondisi kegiatan” atau lebih tepat
disebut sebagai “perkembangan kegiatan” agar tujuan yang terkandung dalam
action research dapat tercapai.
Kegunaan
Action Research.
Setting action research ialah sebuah
komunitas yang diintervensi dengan tujuan
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan melibatkan anggota komunitas tersebut
Artinya, yang memecahkan masalah itu secara konkret adalah anggota komunitas
itu sendiri, dan peneliti berperan sebaga change agent dan konsultan.
Jadi logika action research adalah logika eksperimen dengan catatan
bahwa eksperimen ini tidak dilakukan dalam laboratorium atau kelompok sosial
yang kita anggap sebagai blok eksperimen, melainkan dalam kehidupan nyata..
Menjembatani
Kesenjangan .
Untuk itu maka action research
menghilangkan hambatan psikologis ini dengan jalan melibatkan semua pihak dalam
upaya pembaharuan ini sejak tahap awal. Dengan cara ini maka mereka turut
menentukan arah pembaharuan itu sehingga menguran perasaan terancam tersebut.
Di samping itu, keikutsertaan dalam suatu upaya pembaharuan, menimbulkan
perasaan ikut memilil yang menjembatani kesenjangan antara pemecahan dan pen
rapan. Action research, ditinjau dan segi ini,dapat dianggap sebagai suatu
pembaharuan dan dalam.
Jika upaya pembaruan itu mempergunakan suatu konsep baru maka action research
juga memulai kegiatannya dengan memperkenalkan hakikat dan kegunaan konsep
tersebut. Dengan menguasai pengetahuan mengenai itu maka orang lebih merasa
aman (secure) terhadap upaya pembaharuan dan mendorong tumbuh sikap dan
perilaku yang positif. Untuk melaksanakn ini dengan baik peneliti menerapkan
langkah-langkah yang terdapat dalam konsep Organization Development. Action
research menerapkan konsep penelitian ilmiah terhada pemecahan masalah
Penelitian ilmiah ini tidak dilakukan hanya oleh peneliti, sebagaimana
dilakukan dalam penelitian akademi lainnya, tetapi melibatkan juga semua pihak
yang terlibat.
Masalah
Masalah yang digumuli dalam action research pada garis besarnya dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu :
Masalah yang digumuli dalam action research pada garis besarnya dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Kategori pertama
adalah mencakup permasalahan yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan
bimbingan dan pengarahan dan peneliti action research. Dalam hal ini maka
masalah terinci mengenai bidang-bidang apa saja yang akan diteliti ditentukan
oleh kelembagaan sekolah itu sendiri.
2. Kategori kedua adalah penerapan suatu konsep yang ditaw
arkan oleh kepada sebuah lembaga. Konsep itu sendiri ditentukan oleh peneliti
yang akan melakukan action research.
Kajian
Teoretis
Action
research tipe kedua mensyaratkan penguasaan teoretis yar mencakup the state
of the art dan teori yang bersangkutan. Artinya, peneliti harus mengetahui
seluruh teori tersebut beserta perkembangannya sampai saat sekarang. Satu hal
yang pasti mendapatkan perhatian dalam hal ini adalah memberikan pengertian
yang cukup kepada pemimpin lembaga di mana konsep ini akan diterapkan. Suatu
action research hanya dapat berhasil bila dapat dukungan kuat dan pihak atasan.
Mengingat hal tersebut di atas terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan
oleh seorang mahasiswa yang ingin melakukan action research sebagai penelitian
yang melengkapi sebagian persyaratan akademiknya, yaitu :
1.
Action research membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
membereskan persoalan yang bersifat administratif yang termasuk di dalamnya
persetujuan dan dukungan dan pimpinan lembaga yan bersangkutan.
2. Action research harus diselesaikan sampa teknologi yang
diterapkan membawa hasil sesuai dengan waktu. kematangan (maturity) yang
dibutuhkan. Hal ini berarti bahwa action research membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama bila dibandingkan degan penelitian ilmiah lainnya.
Langkah-Iangkah dalam Action Reserach
1.
Langkah pertama adalah merumuskan masalah yang
akan dipecahkan lewat kegiatan action research. Perumusan masalah mesti
dilakukan secara terinci dan jelas yang mencakup variabel yang akan
diintervensi serta cara pengukuran keberhasilan intervensi tersebut. Pengukuran
ini perlu sebab merupakan indikator berhasil atau tidaknya suatu penerapan
teknologi baru. Seperti juga dalam peneiitian iimiah lainnya, pengukuran
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.
2. Langkah kedua adalah melakukan pengkajian teoretis
mengenai teknologis yang akan diterapkan. Pengkajian teoretis yang pada
dasarnya merupakan upaya untuk mengetahui hakikat mengenai teknologi yang akan
diterapkan.
Jika teknologi x diterapkan maka
diduga akan membawa pengaruh sebagai berikut:
1. Terdapat perbaikan dalam pengumpulan data yakni
data dikumpulkan secara lebih sesuai dengan kebutuhan;
2.
Terdapat perbaikan dalam pengolahan data yakni
data diolah Iebih cepat, lebih sistematis dan lebih komunikatif (dalam bentuk
visual):
3. Dengan adanya perbaikan dalam pengumpulan dan
pengelolaan data maka fungsi perencanaan dapat dilakukan secara febih efektif
yakni lebih komprehensif,
lebih analitis dan lebih tepat waktu.
lebih analitis dan lebih tepat waktu.
4. Dengan adanya perbaikan dalam fungsi perencanaan
maka fungsi pelaksanaan dapat dilakukan secara tebih efektif yakni lebih
efisien dan lebih terarah.
5. Dengan adanya perbaikan dalam fungsi perencanaan
yang ditunjang oleh perbaikan dalam pengumpulan dan pengolahan data maka fungsi
kontrol dapat dilaksanakan secara lebih efektif yakni lebih cepat dalam
mendeteksi penyimpangan serta Iebih banyak menemukan kasus pelanggaran.
Hipotesis tersebut di atas diajukan
sekaligus dengan indikator kinerja (performance) yang dapat diukur
secara kuantitatif.
Fleksibilitas Metodologi Penelitian
Action Research
Metodologi penelitian dalam suatu
penelitian ilmiah, terutama desain penelitian, jarang sekali mengalami
perubahan, apalagi dalam penelitian yang bersifat kuantitatif. Hal ini berbeda
dengan action research yang mempunyai metodologi penerapan yang bersifat
fleksibel. Artinya, metodologi penerapan mi secara terus menerus domonitor dan
disempurnakan bila diperlukan. Bahkan dapat dikatakan, bahwa salah satu
penemuan dan action research, adalah pengetahuan bagaimana cara menerapkan
suatu teknologi dalam suatu proses organisasi. Di samping metodologi penerapan
yang bersifat teknis juga terdapat metodologi penerapan yang bersifat
manajerial. Seperti diketahui, tujuan action research bukan saja mengembangkan
kemampuan teknis dan penerapan teknologi tetapi juga kemampuan manajerial
tersebut. Setelah metodologi dirumuskan dan teknologi diterapkan dalam angka
waktu tertentu maka tiba saatnya melakukan langkah benk utya yakni penilaian
keberhasilan penerapan tersebut.
Action
Research dan Pengembangan Konsep
Banyak sekali konsep imiah
yang belum kita uji penerapannya dalam konteks kehidupan masyarakat kita.
Khasanah pengetahuan ilmiah mengandung potensi yang besar sebagai sumber yang
mampu memecahkan permasalahan yang kita hadapi secara konsepsional. Pemecahan
secara konsepsional mi merupakan cara pemecahan yang bersifat mendasar yang
tidak bersifat tambal sulam. Dengan cara demikian kita dapat mengharapkan
pemecahan masalah secara tepat dan tuntas. Walaupun demikian banyak konsep
ilmiah yang telah kita sebutkan di atas memerlukan modifikasi agar sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat kita. Dalam hal ini maka action research
dapat berperan untuk melakukan verifikasi dan sekaligus melakukan modifikasi
terhadap konsep-konsep termaksud meskipun dalam skala-skala yang kecil.
Pemikiran-pemikiran baru mungkin timbul dan penelitian yang berskala kecil mi
dan generalisasi yang lebih luas dapat kita lakukan kemudian.
Mengingat potensi action research mi maka disarankan agar penelitian seperti mi
bisa sering dilakukan. Dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat hasil
penelitian action research dapat dipergunakan sebagai tesis dan disertasi untuk
program pascasarjana. Untuk menggalakkan action research ini maka dihimbau agar
kelembagaan pemerintah maupun swasta bersifat lebih terbuka bagi mahasiswa
pascasarjana yang bermaksud melakukan penelitian. Dengan demikian maka akan
terjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara perguruan tinggi dan
kelembagaan dalam masyarakat.
Jembatan
Pengabdian Masyarakat
Action
research, dalam konteks tersebut di atas, dapat merupakan jembatan antara
penelitian dengan pengabdian pada masyarakat, yang merupakan pengejawantahan
dan tridharma perguruan tinggi. Hasil penelitian yang mempunyai kegunaan
aplikatif dapat diterapkan dalam memecahkan permasaahan yang dengan penggunaan
action research. Hal ini akan membawa keuntungan yang bersifat timbal-balik
yakni, pertama, masyarakat dimungkinkan dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapin ya secara konsepsional sehingga peluang keberhasilannya menjadi lebih
besar, kedua, masyarakat terlibat secara langsung dalam proseS pemecahan
masalah yang mereka hadapi dan sekaligus mempelajari konsepsi dan penerapanya
dalam pemecahan masalah tersebut dan, ketiga, perguruan tinggi akan mendapatkan
masukan dan lapangan yang dapat dipergunakan dalam menyempurnakan konsepsi yang
telah berhasil diterapkan. Pengetahuan teoretis yang bersifat universal yang
dilengkapi dengan seperangkat postulat dan asumsi tertentu mengeflai realitas
yang dihadapi belum tentu cocok dengan situasi sosial budaya kita. Penerapan
konsepsi keilmuan yang universal dalam kondisi sosial budaya kita secara
membumi (groundec) memungkinkan kita untuk menyempurnakan teori tersebut
agar lebih fungsional dalam kehidupan.
Action research akan sangat berguna untuk menyempurnakan penerapan konsep
keilmuan yang disesuaikan dengan dengan tingkat kemajuan manajemen dan sumber
daya manusia kita. Action research yang dilaksanakan dengan baik mempunyai
kegunaan yang sangat efektif balk dalam memecahkan masalah maupun dalam
pengembangan khasanah pengetahuan ilmiah. Kegunaan action research dalam
pengembangan ilmu ini masih kurang disadari kemanfaatannya dan dengan demikian
kurang banyak dipergunakan dalam kegiatan penelitian ilmiah.